Sifat rendah hati Nabi Muhammad dalam pergaulan layak kita teladani dan kita ikuti. Meskipun Rasulullah adalah seorang utusan Tuhan, nabi, pemimpin kaum Muslim, jenderal perang di medan pertempuran, dan panutan segala makhluk, beliau tetap rendah hati.
Beliau tidak memandang pangkat dan kedudukan dalam pergaulan. Baik itu orang kaya maupun fakir, orang alim maupun bebal, tetap sama di mata beliau. Jika ada saudara seiman yang sakit, beliau akan menjenguknya. Kalau ada yang meninggal dunia, beliau melakukan fardhu kifayah kepada almarhum.
Ada sebuah kisah yang tercatat dalam sejarah bagaimana sifat rendah hati Nabi Muhammad yang wajib kita tiru.
Kisah Sifat Rendah Hati Nabi Muhammad
Saat rombongan Rasulullah melakukan perjalanan, baik menuju medan perang maupun untuk hal lain, rombongan tersebut kerap menyembelih kibash saat beristirahat. Masing-masing sahabat melakukan tugasnya masing-masing, ada yang menguliti, mencuci gandum, memasak lauk, dan lain-lain. Sedangkan Nabi Muhammad juga bertugas untuk membelah kayu. Sama seperti sahabat yang lain. Tugas yang menjadi tanggung jawab beliau tetap dilaksanakan meskipun beliau adalah seorang pemimpin rombongan.
Sedangkan kisah lain saat beliau sedang berada di puncak kejayaan kepemimpinan Islam. Datanglah seorang laki-laki menghadap beliau. Pemuda tersebut tampak gemetar, grogi, dan tampak ketakutan.
Nabi berkata, “Wahai, anak muda. Biasa saja. Permudah halmu. Karena sesungguhnya aku ini bukan raja. Aku hanya seorang anak Quraisy yang makan daging dan dendeng.”
Begitulah sifat rendah hati Nabi Muhammad yang tidak ingin dihormati secara berlebihan layaknya raja.
Baca Juga: Kisah Kejujuran Nabi Muhammad Perlu Kita Ketahui – Mari Kita Contoh
Kisah Nabi Muhammad yang Mau Mengaku Salah
Saat itu, Nabi Muhammad membentuk angkatan perang. Saat memeriksa barisan pasukannya, seorang prajurit bernama Sawaad ibn Ghasiyah keluar dari barisan. Nabi melihatnya. Lalu beliau mengayunkan tongkatnya dan mengenai perut Sawaad agar Sawaad meluruskan barisannya.
Setelah selesai peperangan, Sawaad ibn Ghasiyah menjumpai Nabi dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku menuntut pembalasan. Engkau telah memukul aku dengan tongkatmu dan mengenai perutku. Tindakan engkau telah melukai perasaanku.”
Apa jawab Nabi Muhammad? Apakah ia marah kepada Sawaad? Tidak. Beliau tidak marah. Tetapi menyuruh Sawaad untuk mengambil tongkatnya seraya membuka baju. Ia telah siap menerima balasan dari Sawaad sebagai bentuk qishash.
Tiba-tiba Sawaad merangkul Nabi dan mencium perutnya yang terbuka itu. Nabi bertanya apa sebab ia melakukan hal itu.
“Aku hanya ingin menyentuh badanmu di akhir hayatku.”
Demikianlah sifat rendah hati Nabi Muhammad dan beliau juga tidak marah terhadap Sawaad ibn Ghasiyah.