Pengajaran Al-Quran telah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Penyampaian wahyu melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah adalah cara belajar Al-Quran pertama. Bahkan Jibril memerintahkan kepada Muhammad untuk membacanya 3 kali.
Setelah wahyu turun dan ada beberapa sahabat yang telah masuk Islam, maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada mereka yang pandai menulis untuk menuliskan ayat-ayat yang telah turun.
Di antara penulis wahyu yang paling terkenal adalah Zaid ibn Tsabit. Adapun setelah Rasulullah SAW wafat, maka metode tersebut dilanjutkan oleh empat khalifah berikutnya.
Ada beberapa cara pengajaran Al-Quran seperti mengajarkan terlebih dahulu kemudian mengajarkan tulisannya dan cara menulisnya. Cara-cara pengajaran ini pun berlaku di hampir seluruh dunia Islam.
Pengajaran Al-Quran dan Cara Mengajarkannya
Setiap orang mukmin yang mempercayai Al-Quran mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu. Salah satu kewajiban dan tanggung itu ialah mempelajari dan mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan Al-Quran adalah kewajiban suci lagi mulia.
Perhatikan hadits-hadits berikut ini:
- Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.”
- Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang berpagi-pagi pergi mempelajari ayat-ayat dalam Kitabullah, lebih baik daripada mengerjakan shalat sunnah seratus rakaat.”
- Hadits riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mempelajari Kitabullah, kemudian mengamalkan isi yang terkandung di dalamnya, maka Allah akan menjauhkan kesesatan dan akan menjaganya dari siksaan yang berat kelak pada hari kiamat.”
Jadi mempelajari Al-Quran itu merupakan kewajiban yang utama bagi setiap orang Mukmin, begitu pula mengajarkannya.
Baca Juga:
Tingkatan dalam Belajar Al-Quran
Belajar Al-Quran itu terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya sampai lancar dan baik sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiraat dan tajwid, belajar arti dan maksudnya sampai mengerti akan maksud-maksud yang terkandung di dalamnya, dan terakhir belajar menghafalkannya sampai di luar kepala, sebagaimana yang dilakukan oleh para Nabi 14 abad yang lalu.
Belajar Al-Quran hendaknya mulai sejak kecil, yaitu sejak anak sudah bisa berbicara. Karena umur 7 tahun seorang anak sudah disuruh untuk mengerjakan shalat wajib.
Pengajaran Al-Quran untuk anak-anak sejak kecil itu adalah kewajiban atas setiap orangtuanya masing-masing. Maka berdosalah orangtua yang mempunyai anak-anak tidak pandai membaca Al-Quran. Tiada malu yang paling besar di hadapan Allah SWT, selain mempunyai anak yang tidak pandai membaca Al-Quran. Sebaliknya, tiada kegembiraan yang paling memuaskan, selain mempunyai anak yang pandai membaca Al-Quran.
Pada tingkat pertama dalam pengajaran Al-Quran, yakni tingkat belajar membaca Al-Quran dengan baik, hendaknya sudah merata sehingga tidak ada lagi orang yang buta Al-Quran di kalangan masyarakat Islam.
Di setiap rumah tangga hendaknya benar-benar diaktifkan pemberantasan buta huruf Al-Quran, sehingga setiap orang Muslim yang menjadi anggota rumah tangga itu sudah pandai membaca Al-Quran dengan baik. Batas akhir orang belajar Al-Quran itu ialah sampai ia masuk ke liang kubur. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mempelajarinya. Misalnya saja karena tua, karena sudah dewasa, dan sebagainya.
Dalam tingkat pertama ini sekadar pandai membaca Al-Quran dengan baik. Hal ini berlaku bagi anak-anak, orang dewasa maupun orang tua, laki-laki ataupun perempuan, semuanya berkewajiban untuk mempelajarinya.
Setelah itu barulah menginjak tingkat kedua, yaitu mempelajari arti dan maksud yang terkandung dalam Al-Quran. Dengan demikian, Al-Quran itu benar-benar menjadi pelajaran, petunjuk dan pedoman bagi setiap Muslim dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Pentingnya Pengajaran Al-Quran
Di samping mempelajari cara membaca dan mendalami arti dan maksud yang terkandung di dalam Al-Quran, yang terpenting ialah mengajarkannya.
Jadi, belajar dan mengajar merupakan tugas mulia lagi suci yang tak terpisahkan. Sedapat mungkin hasil yang dipelajari itu terus diajarkan pula, dan demikian seterusnya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, begitu beliau menerima wahyu dari Allah, langsung diajarkan kepada para sahabatnya. Para sahabat pun berbuat hal yang sama. Kemudian orang-orang yang mendapat pelajaran dari para sahabat, melanjutkan ke generasi berikutnya. Demikianlah, secara sambung menyambung, seperti rantai yang tak ada putus-putusnya.
Perhatikanlah hadits berikut: “Orang yang mahir membaca Al-Quran, kelak mendapat tempat di dalam surga bersama-sama dengan Rasul-rasul yang mulia lagi baik. Dan oran yang membaca Al-Quran tetapi tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan tampak agak berat lidahnya (tidak lancar), ia akan mendapat dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Demikianlah beberapa pandangan tentang pengajaran Al-Quran yang penting untuk masyarakat Islam di belahan dunia mana pun.