Hadits mutawatir termasuk dalam kategori jenis hadits berdasarkan sedikit atau banyaknya sanad. Pengertian hadits mutawatir berarti sebuah hadits yang telah banyak mendapat rawi.
Jadi, sejak dari para sahabat, sebuah hadits yang telah diriwayatkan oleh banyak orang kepada orang yang lain lagi. Hal ini terjadi secara berturut-turut hingga sampailah kepada orang yang menjadi rawi dari sebuah hadits tersebut. Perawi hadits ini telah memiliki kualifikasi sebagai seorang rawi hadits. Jadi, mustahil jika ada orang yang sepakat untuk berdusta mengenai hadits tersebut.
Ada beberapa contoh hadits mutawatir seperti di antaranya:
- Hadits yang terjemahannya: “Orang yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka bersiap-siaplah tempatnya di neraka”. Hadits ini sejak pertama keluar dari mulut sahabat, telah diriwayatkan oleh sebanyak 75 orang. Bahkan Imam Nawawi mengatakan sebanyak 200 orang.
- Hadits tentang syafa’at, sejak dari para sahabat telah mendapat rawi dari 50 orang lebih.
- Selanjutnya ada hadits tentang mengangkat tangan dalam shalat. Hadits ini juga riwayatnya sebanyak 50 orang.
- “Al-Quran turun dalam tujuh huruf.” Hadits ini diriwayatkan oleh 27 orang sahabat.
- “Allah memberikan kemuliaan kepada seseorang yang mendengar perkataan-Ku, kemudian ia menjaganya, dan menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya …” Hadits ini diriwayatkan oleh 30 orang sahabat.
- “Orang yang mendirikan sebuah mesjid karena Allah, dengan itu ia mengharapkan keridhaan-Nya, niscaya Allah akan mendirikan sebuah rumah baginya di surga.” Hadits ini telah diriwayatkan oleh sebanyak 20 orang sahabat.
- Hadits tentang mengusap sepatu dalam wudhu yang telah diriwayatkan oleh 70 orang.
Pembagian Hadits Mutawatir
Hadits ini terbagi ke dalam 3 jenis, yaitu:
a. Hadits Mutawatir Lafzhi
Hadits ini merupakan sebuah hadits (satu hadits yang memiliki susunan kata-kata yang sama), yang kemudian diriwayatkan oleh banyak orang. Lafaz yang terkandung dalam hadits ini pada dasarnya sama, tidak berubah sedikit pun redaksi haditsnya. Padahal ada beberapa orang yang telah meriwayatkan hadits tersebut hingga sampai kepada perawi hadits (atau pendengar/penerima hadits yang terakhir).
Untuk contoh hadits ini dapat Anda lihat pada contoh nomor 4, 5, dan 6 di atas.
Baca Juga: Pembagian Hadits Berdasarkan Sanad dan Rawi
b. Mutawatir ‘Amali
Hadits ini berupa penglihatan atau amatan ratusan bahkan ribuan sahabat Nabi terkait perbuatan Nabi. Mereka ini semua menyaksikan dan melihat langsung bagaimana cara Nabi beribadah. Misalnya, cara Nabi berwudhu, sikap Nabi saat shalat, cara thawaf Nabi, dan lain-lain.
Setiap apa yang telah dilihat oleh para sahabat, mereka pun melakukan seperti apa yang telah mereka lihat sendiri. Hal ini terus berlanjut sampai masa para tabi’in hingga sampai juga kepada kita saat ini.
c. Mutawatir Ma’nawi
Hadits mutawatir ini berlainan lafaz dan maknanya. Tetapi, tujuan akhirnya adalah sama. Seperti contoh mengangkat tangan dalam shalat. Setidaknya ada sekitar 100 buah hadits mengenai ini dengan kata-kata dan arti yang berlainan. Tetapi, pokoknya sama yaitu tentang mengangkat tangan ketika berdoa.
Analoginya seperti ada yang mengatakan si A sakit mata. Orang lain mengatakan si A sakit telinga. Bahkan ada juga yang mengatakan si A sakit hidung. Ada juga yang menyebutkan si A sakit kaki. Dari semua pernyataan tersebut, inti atau pokok permasalahannya sama, yaitu si A sedang sakit.
Mengenai hadits mutawatir ini memberikan keterangan yang sudah pasti. Wajib kita amalkan dan percayai. Meskipun kita tidak melihat atau mengalaminya langsung. Analoginya kira-kira seperti tersebutkan bahwa ibukota negara Jepang adalah Tokyo. Pendapat ini sudah pasti benar dan yakin, walaupun kita belum pernah ke Tokyo.
Orang-orang yang tidak bisa menerima pendapat dari hadits mutawatir, maka orang tersebut tergolong dalam kaum kufur. Na’uzubillahi min zalik!