Jean Baptiste Joseph Fourier merupakan ilmuwan matematika asal Prancis. Ia lahir pada tanggal 21 Maret 1767 di Auxerre. Ayahnya adalah seorang penjahit yang memiliki dua istri.
Sejak umur 10 tahun, ia telah menjadi yatim piatu. Lalu uskup di Auxerre mengasuh Jean Baptiste Joseph Fourier dengan bantuan biaya dari seorang wanita bangsawan. Ia tertarik untuk membantu Fourier karena sikapnya yang sangat sopan lagi santun.
Sang Uskup mengirim Fourier ke Ecole Royale Militaire di Auxerre. Di sinilah baru orang-orang menyadari bahwa Jean Baptiste Joseph Fourier merupakan anak yang jenius dan berbakat.
Pada usia 14 tahun, ia mulai mempelajari buku karya Bezout, Cours de mathematique. Ia mampu menguasai buku-buku tersebut. Bahkan pada tahun 1783, Fourier mendapat hadiah pertama dalam mempelajari karya Bossut, Mechanique en general.
Jean Baptiste Joseph Fourier dalam Revolusi Prancis (1789-1799)
Sejak awal, Fourier sangat menyukai politik. Sebagai ilmuwan, ketika Revolusi Prancis terjadi, ia juga ikut terlibat di sana. Ia bergabung dengan massa yang menuntut pembaharuan dalam bidang sains dan budaya.
Baca Juga: Joseph Louis Lagrange (1736-1813), Penemu Formula Euler Lagrange
Saat kekacauan terjadi, ada juga ilmuwan-ilmuwan yang memilih untuk melarikan diri ke negara lain. Padahal sains tengah berjuang dengan nasibnya sendiri dalam melawan barbarisme. Namun, Napoleon mampu melihat masalah ini, sehingga ia mencanangkan untuk membangun sekolah-sekolah. Guru-guru direkrut dan mendapatkan pelatihan. Sehingga terbentuklah Ecole Normale pada tahun 1794.
Jean Baptiste Joseph Fourier kemudian menjadi ketua bidang matematika di Ecole Normale. Sejak itulah pengajaran matematika memasuki era baru. Beberapa sistem perkuliahan mulai terbentuk. Misalnya para pengajar matematika harus mengajar dengan bahan-bahan yang tersedia. Kuliah diberikan dengan cara berdiri agar terjadi interaksi antara siswa dengan pengajar. Cara ini dianggap paling sukses selama beberapa periode di Prancis.
Pada tahun 1798, Napoleon mengajak Fourier sebagai anggota legiun budaya dalam upaya Napoleon untuk meningkatkan peradaban Mesir. Penyerbuan terhadap Mesir dilakukan Napoleon dengan dalih agar Mesir juga dapat menikmati peradaban Eropa.
Ambisi untuk menguasai Mesir memang terwujud. Melalui legiun budaya, Napoleon telah mendirikan beberapa sekolah di sana. Namun, ambisi ini juga menjadi ancaman bagi Napoleon. Institut Mesir yang berdiri pada tanggal 27 Agustus 1798 akhirnya terbengkalai mati. Mesir mengadakan perlawanan terhadap Napoleon. Bahkan dalam sebuah pertempuran di kota, 300 prajurit gagah Napoleon mati terpenggal.
Ambisi Napoleon tampaknya perlu dikaji ulang. Ia pun kembali ke Prancis pada tahun 1799, sedangkan Jean Baptiste Joseph Fourier kembali ke Paris pada tahun 1801.
Pasca Revolusi Prancis
Sekembali dari Mesir, Fourier diangkat sebagai Prefect, sebuah jabatan setingkat bupati yang berkantor pusat di Grenoble. Wilayah itu sedang bergolak. Tugas pertama Fourier adalah meredam pergolakan tersebut. Ia membuat peraturan daerah sehingga menghadapi banyak tantangan dari oposisi.
Pengalamannya di Mesir diaplikasikan terhadap Grenoble. Ia pun menulis Gambaran Tentang Mesir (Description of Egypt) yang belum selesai pada tahun 1810. Napoleon telah melakukan banyak perubahan sebelum diterbitkan.
Jean Baptiste Joseph Fourier juga menulis bidang matematika teori tentang panas. Ia mulai menulis karya tersebut pada tahun 1804 dan selesai pada tahun 1807 yang berjudul On the Propagation of Heat in Solid Bodies.
Pada tanggal 21 Desember 1806, karya tersebut dibacakan di Institut Paris dengan komite yang terdiri dari Lagrange, Laplace, Monge, dan Lacroix. Namun, makalah itu malah mengundang kontroversi. Setidaknya ada dua alasan bagi komite untuk menolak karya tersebut. Pertama datang dari Lagrange dan Laplace dua tahun kemudian. Mereka menganggap bahwa “penjelajahan” fungsi-fungsi sebagai deret trigonometri-nya deret Fourier. Sedangkan penolakan kedua oleh Biot yang justru mencela turunan dari persamaan-persamaan perubahan panas. Lalu Laplace dan Poisson juga menegaskannya.
Penolakan-penolakan tersebut tidak menggoyahkan Jean Baptiste Joseph Fourier. Malah, makalah tersebut mendapat penghargaan matematika pada tahun 1811.
Nama Fourier selalu identik dengan deret Fourier-nya yang sangat terkenal. Kurva sinusoid yang digambar dengan menggunakan geometri Kartesian banyak bermanfaat bagi pengembangan goniometri pada umumnya dan matematika pada khususnya.
Teori tentang panas adalah menjadi titik balik dalam bidang ini yang selanjutnya Lord Kelvin telah mengembangkannya. Jean Baptiste Joseph Fourier sendiri mengembangkan matematika murni dan terapan – terutama untuk fisika. Penggunaan persamaan di ferensial parsial dalam riset untuk teori tentang panas adalah sebuah langkah dasar dalam aplikasi matematika.